just read it!!! jangan bertanya, jangan berfikir, baca, baca saja....

Thursday, March 31, 2005

sms dr shbt

ass. Akhi slmt
pgIndonesia
mnjlng siang!
Afwan utng bln ini
Bs g dbyr pertnghn
Bln/akhr..:>)
Sukron ats
Kmurhn htiya.
Mngkn prlu
Bntuan mnjlng
Rspsi..don’t wory

---

sms dari seorang sahabat, bikin senyum senyum, beneran, gat au kenapa yah… sebutan akhi, buat gw , and perubahan bahasa setelah mukhoyam, it’s very …. Apa yah… mmm, harus di [pelihara semangat nya tuh… gw yg seharinya ga pernah ato jarang pake ana antum akhi ukhti, mbikin gw jadi bertanya Tanya, apakah gw layak jadi seorang akhi (ikhwan) seperti yang dipahami oleh tarnbiyah? Perubahan yg ga naik naik sejak dua tahun lalu… ah.. ga tau deh…
pertanyaannya:
layakkah seorang suryadi mendapat sebutan ikhwan/akhi? Padahal tak secuil dakwah pun dilakukan, tak sebesar zarrah pun perilaku seorang ikhwan hadir dalam diri ini.
Apakah layak?!

Friday, March 18, 2005

ga ada judul (basssi banget)

naik pesawat pergi kesolo
so.. what gitu loh...

he.. he..

ga ada kerjaan banget nih...

Wednesday, March 09, 2005

Ruhani Yang Ringkih

Ada fenomena berbahaya yang menggejala pada sebagian ikhwan. Fenomena tersebut dapat terbaca oleh mereka yang jeli memperhatikan tuturan kata, pandangan mata serta gerak langkah ikhwan tadi.

Bagi kalangan du’at, hal demikian cukup berbahaya dan
berpotensi melemahkan kekuatan jama’ah, disamping sebagai bukti menjauhnya
mereka dari manhaj yang mereka kenali. Semua kita tahu bahwa aspek ruhiyah serta
ibadah merupakan garapan terdepan manhaj jama’ah. Penekanan terhadap dua aspek
tadi bukanlah suatu yang berlebihan sehingga mengesankan adanya upaya
pembentukan arus tasawuf dalam jama’ah. Yang jelas bahwa dua aspek tadi adalah
amar (perintah) dari Allah yang harus ditegakkan di samping menjadi
wasilah yang akan menopang soliditas jama’ah.
Apabila nilai-nilai tadi lepas dari genggaman akh, maka akan
meringkihkan ruhiyahnya, kemudian sakit dan berakhir dengan kematian ruhiyah
tersebut, na’udzubillah.
Fenomena ruhiyah yang ringkih dan lemah tidak sedikit
jumlahnya. Di sini akan disebutkan sebagian sambil menurunkan beberapa kasus
dilapangan agar dapat menjadi peringatan bagi setiap akh dan selanjutnya dia
bersegara mengatasinya.
1. Merasakan keras dan kasarnya hati, sampai-sampai seseorang merasakan bahwa hatinya telah berubah menjadi batu keras.
Dimana tidak ada sesuatupun yang dapat merembes kepadanya
ataupun mempengaruhinya. Ungkapan ini tidaklah berlebihan, bukankah al Qur’an
telah menerangkan bahwa hati dapat mengeras sekeras batu. Allah berfirman, “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi…” QS Al Baqarah [2]: 74
2. Perangai yang tersumbat dan dada yang sempit.
Sampai-sampai terasa ada beban berat menghimpit dan
nyaris terengah-engah kelelahan, sering mengomel dan mengeluh terhadap sesuatu
yang tidak jelas atau gelisah dan sempit dalam pergaulan sehingga tidak peduli
terhadap derita orang lain bahkan timbul ketidaksukaan kepada mereka.
3. Tidak terpengaruh oleh ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung ancaman, tuntutan, larangan atau tentang peristiwa kiamat.
Dia mendengarkan al-Qur’an seperti mendengar kalam-kalam
lainnya. Lebih berbahaya lagi apabila dia merasa sempit ketika mendengarkan ayat
al-Qur’an seperti sempitnya dia ketika mendengarkan omongan orang lain. Dia
tidak menyediakan waktu sedikitpun untuk tilawah dan apabila mendengarnya dari
orang lain dia tidak melakukannya dengan khusyu’ dan tenang
4. Peristiwa kematian tidak memberikan bekas pada dirinya.
Begitu juga ketika menyaksikan orang
mati, mengusung jenazah atau menguburkannya di liang lahat, sedikitpun tidak ada
pengaruh pada dirinya. Jika melewati pekuburan seakan hanya berpapasan dengan
batu-batu bisu tidak mengingatkannya akan kematian.
5. Kecintaanya terhadap kesenangan duniawi senantiasa bertambah.
Kesukaannya memenuhi syahwat selalu berkobar. Fikirannya tidak jauh dari pelampiasan syahwat tadi sehingga dia merasa tentram bila sudah memperolehnya. Apabila melihat orang lain memperoleh kenikmatan dunia seperti harta, kedudukan, pangkat, rumah atau pakaian yang
bagus dia merasa tersiksa dan menganggap dirinya gagal. Lebih tersiksa lagi
apabila yang mendapatkan kenikmatan duniawi itu adalah saudaranya sendiri atau
sahabatnya. Terkadang timbul pada dirinya penyakit hasad di mana dia tidak ingin
kenikmatan itu tetap ada pada saudaranya.
6. Ada kegelapan dalam ruhiyah yang berbekas di wajahnya.
Hal ini dapat diamati oleh mereka yang memiliki
ketajaman firasat dan memandang dengan nur Allah. Setiap mu’min memiliki nur
sesuai dengan kadar keimanannya, dia mampu melihat sesuatu yang tidak mampu
dilakukan orang lain. Kegelapan ruhiyah tadi ada begitu pekat sampai begitu
jelas tergambar di wajahnya dan dapat diamati oleh mereka yang meiliki firasat
imaniyah paling lemah sekalipun. Tetapi kegelapan yang remang-remang hanya dapat
diamati oleh mereka yang memiliki firasat imaniyah yang kuat.
7. Bermalas-malasan dalam melakukan kebaikan dan ibadah.
Hal tersebut terlihat dengan kurangnya perhatian
dan semangat. Shalat yang dilakukan hanya sekedar gerakan, bacaan, berdiri dan
duduk yang tidak memiliki atsar sedikitpun. Bahkan tampak dia merasa terganggu
oleh shalat seakan dia berada dalam penjara yang dia ingin berlepas darinya secepat mungkin.
8. Lupa yang keterlaluan kepada Allah.
Sedikitpun dia tidak berdzikir dengan lisannya dan tidak juga
ingat kepada-Nya. Padahal dia selalu menyaksikan ciptaan Allah Swt. Bahkan
terkadang dia merasa keberatan untuk sekedar berdzikir atau berdo’a kepadanya.
Jika dia mengangkat tangannya, cepat sekali dia turunkan kembali untuk segera pergi.
Kiat penyembuhanya
1. Selalu dzikrullah.
Yang dimaksud dengan dzikir di sini adalah berdzikir dengan
lisan disertai dengan persetujuan hati, tafakur akan ciptaan Allah dan mengambil
petunjuk melalui makhluk-makhluk-Nya untuk mengetahui keagungan kekuasaan-Nya,
kecermatan hikmah-Nya, keluasan rahmat-Nya, serta keterikatan makhluk
dengan-Nya. Juga selalu merasakan pengawasan Allah dan kekuasaan-Nya yang mutlak
terhadap manusia serta pentingnya memiliki sifat malu kepada-Nya.


Semua hal tersebut diatas tidak mungkin dicapai dengan mudah
bagi orang yang ringkih ruhiyahnya. Untuk memperolehnya diperlukan kesabaran,
tekad, tidak gelisah serta bertahap sedikit demi sedikit. Setap kali dia
memperoleh sebagian hal diatas maka akan menguatlah ruhiyahnya dan semakin
berkurang keringkihannya hinga sirna tanda-tanda penyakit ruhiyah tadi.


Selanjutnya dia memasuki tahap penyembuhan sampai dia sembuh
total. Ketika itulah dia akan merasakan nikmatnya nilai-nilai luhur tadi dan dia
akan semakin lengket kepadanya. Orang yang ringkih ruhiyahnya bagikan penderita
sakit yang tidak nafsu kepada makanan yang enak. Tetapi dengan berlalunya waktu
dan mencoba memasukkan makanan sedikit demi sedikit, fisiknya akan kembali kuat
dan sirnalah tanda-tanda penyakit. Setelah itu dia kembali sehat dan dapat
menikmati makanan yang enak dengan penuh kerinduan dan suka cita.
2. Menghadirkan potret akhirat dan segala yang terjadi ketika itu.
Ada orang yang berkeinginan untuk dapat kembali ke dunia
guna menghabiskan seluruh umurnya demi keselamatannnya jika mungkin. Hendaknya
seorang akh merenung bahwa rumah akhirat pertama yang akan ditempatinya adalah
kubur, hendaklah dia membayangkannya dengan tajam, memasang potret kubur yang
gelap itu diingatnya serta mengenang tidurnya yang sendirian di mana tidak ada
penghibur kecuali amalnya.


Tersebutlah dahulu ada seorang shalih yang arif menggali
sebuah kubur di rumahnya, setiap kali dia merasa kekerasan di hatinya,
dimasukinya kubur tersebut seraya membaca firman Allah, “…Dia berkata, Ya
Rabb kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang shalih terhadap
yang telah kutinggalkan…”
QS Al Mu’minun [23]: 99-100. Kemudian orang
shalih itu berkata, “Wahai jiwa, kini engkau telah kembali ke dunia, maka
beramallah yang shalih.”


3. Hendaklah setiap al-akh ingat bahwa kematian lebih dekat kepadanya dari tali sendalnya.
Janganlah dia tertipu oleh masa muda, kekuatan serta
kesegarannnya. Kematian tidak mengenal masa muda. Kekuatan dan kesehatan tidak
mampu mencegah kehadirannya. Dan dia antara hikmah dan rahmat Allah kepada kita,
Dia memperlihatkan kepada kita kematian yang merenggutnya nyawa seorang bayi,
anak kecil, orang muda, orang tua dan juga orang sakit.


Oleh karenanya setiap orang harus ingat bahwa dia pasti
mengalami kematian kapan saja agar selalu bertambah kehati-hatian dan
bersiap-siap meninggalkan dunia. Tahukah engkau wahai saudaraku tentang kematian
dan sakaratul maut yang menakutkan itu? Ketika sakaratul maut tiba pada diri
seseorang, syaitan menghimpun segala kekuatan, kelicikan dan fikirannya. Dia
berkata kepada dirinya, “Jika orang ini lepas dari genggamanku, aku tidak akan
mampu lagi mempengaruhinya.” Maka dibujuknya orang itu untuk kufur, dicintakan
kepadanya kemurtadan dan dihiasinya dunia di matanya sembari mengingatkan orang
tersebut akan kenikmatan yang dia inginkan, agar orang tersebut berpaling dari
akhirat dan harapan bertemu Allah dan akhirnya orang itupun tidak ingin
mengalami kematian dan matilah dia dalam kekufuran, na’udzubillah.
Diceritakan tentang seorang arif yang dikunjungi oleh para
sahabatnya ketika sedang menderita sakit yang membawa kepada kematiannya. Ketika
itu mereka melihat orang bijak tadi menangis. Maka dihiburnyalah dia dengan
mengingatkan bahwa seluruh perbuatannya baik dan rahmat Allah pasti tercurah
untuknya. Orang arif tersebut berkata, “Aku menangisi imanku yang aku
khawatirkan dirampas ketika sakaratul maut.” Bukanlah tempat disini untuk
menerangkan hakikat ucapan orang arif tersebut, cukuplah sebagai pelajaran bagi
setiap al-akh bahwa menghadirkan kematian dan tidak melupakannnya akan
membuatnya senantiasa merasa asing hidup di dunia ini. Dia dapat memahami dengan
baik ma’na ungkapan Rasul Saw., “jadilah engkau di dunia, seakan seorang
asing atau (bahkan) pengembara. Dan golongkan dirimu dalam kelompok penduduk
kubur.”
(HR Bukhari, Tirmidzi, Ahamd dan Ibnu Majjah dari Abdullah bin Umar).


Perasaan terasing tersebut berdampak sangat unik, diantaranya

Pertama, Segala sandungan serta cobaan yang dialami oleh setiap al-akh akan terasa ringan


Kedua, Derita terasa ringan, hati menjadi sabar, kebahagiaan yang tercela mengisut dan dunia yang menipu menjadi jauh


Ketiga, Pandangan akh akan tertuju ke tempat tinggal yang sebenarnya berupa rumah akhirat. Dia tidak merasa tentram dengan kehidupan
duniawi apalagi condong kepadanya. Seorang asing menyadari bahwa menetapnya di
negeri asing hanyalah sementara sedang hatinya selalu menoleh ke rumah yang
tidak akan pernah binasa, rumah bahagia dan derita. Rumah yang dekat dangan
Rabbnya di mana dia dapat melihat-Nya atau rumah yang jauh dari-Nya dan
terhalang untuk melihat-Nya.


Dan apabila seorang al-Akh merenungi kenikmatan akhirat dia
pun akan terbuai harapan dan cita-cita. Harapan yang benar tentunya harus
diiringi upaya yang sungguh-sungguh agar dapat sampai kepada yang dicita-citakan.
Keempat, Memelihara dengan serius segala sarana pensuci
diri dan menopangnya dengan kekuatan dan semangat. Sesungguhnya ruhani dapat
menjadi kotor dan butuh penyucian. Dia pun akan mengalami kelesuan maka harus
selalu diberi semangat. Dia juga mengalami sakit yang membutuhkan pengobatan.
Sebagaimana dia pun mengalami kelemahan yang perlu diberi kekuatan. Semuanya itu
berupa ibadah yang terus menerus dan yang paling utama adalah shalat.


Maka bukanlah suatu yang mengada-ada apabila Rasulullah
mewasiatkan pentingnya shalat kepada ummatnya ketika beliau akan menutup
hayatnya. Shalat, suatu ibadah yang menyenangkan dan dapat menyucikan ruh dari
segala kotoran dan menghubungkan seorang hamba kepada rabbnya.


Sebagaimana jama’ah pun mewasiatkan kepada setiap akh
untuk membaca al Qur’an sebelum shubuh atau sesudahnya, membaca wirid
ma’tsurat sughra dan berziarah kubur sekali dalam sepekan setelah melaksanakan
tugas-tugas diatas. Untuk memudahkan bangun pagi, setiap akh hendaknya
menghindari tidur terlalu malam jika tidak ada kepentingan mendesak. Merekapun
hendaknya tidak membiasakan penggunakan beker.




Wahai ikhwah…
Kami mencintai kalian sebagimana kami mencintai diri kami
sendiri dan kami berharap agar cinta ini berharga di sisi Allah sebagaimana kami
pun berharap semoga Allah menghimpun kita dalam kebenaran dan jihad di dunia
serta kebahagiaan abadi di akhirat kelak. Apa yang kami sampaikan ini bukanlah
sekedar tulisan untuk mengisi kekosongan, menyenangkan fikiran atau menyegarkan
jiwa sesaat saja dan setelah itu tak ada lagi guna.


Tulisan ini adalah arahan yang harus kita pegang erat karena
dia adalah bagian dari manhaj Islam. Dengan melaksanakan apa yang tertera
disini, kalian akan mampu dengan idzin Allah, memikul da’wah dan jihad fi
sabilillah. Pasanglah tekad kalian untuk melaksanakannya dan jujurlah kepada
Allah niscaya Allah akan membuktikan apa yang dijanjikan-Nya.

Monday, March 07, 2005

Mendengar Lebih Baik dan Efektif

"Tuhan memberi kita dua telinga dan satu mulut, supaya kita mendengar dua kali lebih banyak daripada berbicara." -- N.N.
"When I am getting ready to reason with a man, I spend one-third of my time thinking about myself and what I am going to say and two-thirds about him and what he is going to say." -- Abraham Lincoln.
Mendengar, ternyata bukan hanya "masuk kiri keluar kanan" atau sebaliknya. Mendengar ternyata benar-benar mencoba memahami apa yang dikatakan orang lain. Mendengar adalah sebuah proses serius yang tidak bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan kebiasaan, refleks atau insting. Mendengar adalah upaya untuk menghubungkan titik-titik yang kadangkala menyatakan pesan-pesan yang tersembunyi.
Stephen Covey si pengarang "Seven Habits" itu, mengungkapkan "most people do not listen with the intent to understand; they listen with the intent to reply". Mendengar dengan lebih baik secara nyata akan membuka kemungkinan munculnya berbagai peluang baru.
Anda mungkin mengalami penyakit kesulitan mendengar. Berikut ini adalah intisari dari sebuah buku berjudul "Back-To-Basics Listening" karangan Kevin J. Murphy yang juga menulis buku "Effective Listening". Ia adalah seorang pentolan dari Effective Listening Institute.
Ada lima kendala dalam proses mendengar. Semua kendala ini akan menjadikan proses mendengar menjadi tidak efektif. Kelima kendala itu adalah:- Preoccupation- Preconceived ideas- Talking too much- Thinking of responses, dan- A lack of interest.
Proses mendengar akan menjadi lebih efektif jika kita berhasil mengatasi kendala-kendala di atas. Kendala-kendala itu bisa muncul sendiri-sendiri, gabungan atau bersama-sama.
Preoccupation
Preoccupation atau preokupasi, adalah situasi di mana seseorang sedang "sibuk" dengan sebuah urusan lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan topik pembicaraan. Sebagai contoh, kondisi ini bisa dialami oleh seorang istri yang ditanya suaminya tentang urusan sekolah anak sementara sang istri itu sedang memelototi film India kesukaannya. Atau, kondisi ini juga bisa dialami oleh seorang rekan kerja yang tengah sibuk mengetik proposal penjualan kemudian ditanya tentang di mana letak ordner penjualan bulan lalu.
Kendala ini berakar pada kekhawatiran alamiah kita berkaitan dengan sesuatu yang harus dikerjakan atau harus diselesaikan. Pada dasarnya, ketidakmampuan kita untuk bersikap rileks dan tetap berkonsentrasi pada saat yang sama akan memunculkan hambatan untuk berfokus pada realitas "di sini" dan "saat ini". Apa yang terjadi dalam situasi ini barulah sebuah proses "mendengar" dan sama sekali belum "menyimak".
Preokupasi adalah kendala terbesar dalam proses mendengar. Beberapa studi menunjukkan bahwa 40% dari waktu kita digunakan untuk memikirkan masa lalu, 40% untuk memimpikan berbagai kejadian di masa depan dan hanya 20% untuk berfokus pada situasi sekarang.
Preokupasi adalah juga sebuah fenomena pelarian sementara dari realitas atau kenyataan. Dalam situasi yang menekan, kita akan cenderung tenggelam dalam mengingat-ingat masa lalu yang lebih indah dan nikmat.
Kendala ini hanya bisa diperbaiki apabila kita memahami fakta tentang kecenderungan setiap orang untuk terpeleset ke dalam keadaan yang setengah melantur.
Jika anda mengalaminya, kendala ini bisa diatasi dengan beberapa teknik berikut:
1. Lupakan. Bila sesuatu itu tidak terjadi sekarang dan di sini, dan kita tidak bisa menyentuh, merasakan atau memperbaikinya - lupakan saja. Itu sudah terjadi dan tidak bisa kembali lagi. Jika itu memang buruk, petik saja hikmahnya dan perbaiki di masa depan. Jangan buang waktu berjam-jam hanya untuk menebak-nebak. Jika Anda tetap memaksa, maka hal itu hanya akan meningkatkan gejala preokupasi dan menambah frustrasi.
2. Bangun rutinitas. Ketidakpastian di masa depan akan menciptakan kekhawatiran. Ciptakan rutinitas untuk mengurangi beban selalu mengingat-ingat apa yang harus dikerjakan dan kapan mengerjakannya. Cobalah implementasikan hal ini secara harian.
3. Don't sweat the small stuff (Anda mungkin pernah membaca sebuah buku dengan judul ini). Jika mobil Anda sudah tidak pernah dicuci sejak dua bulan yang lalu, ya sudah biarkan saja. Berfokuslah pada hal-hal lain yang jauh lebih penting.
4. Delegasikan. Usahakan orang lain ikut ambil bagian dalam menyelesaikan tugas Anda. Ini akan meringankan beban mental Anda.
5. Buat catatan. Mengingat segala sesuatu sampai ke hal-hal yang kecil adalah beban berat. Sediakan selalu buku kecil atau post-it di dekat Anda untuk keperluan mencatat.
6. Ambil nafas panjang, rileks dan tersenyumlah. Berbagai hal jarang sekali lebih serius daripada apa yang terlihat. Berbagai masalah biasanya lebih berat di kepala daripada di pundak. Dengan hal seremeh ini, kemampuan Anda dalam mendengar akan seratus kali lebih efektif.
Preconceived ideas
Gejala inilah yang melahirkan istilah "pikiran sempit atau cetek", "keras kepala" atau "masuk kiri keluar kanan" atau malah "otak udang" dan "otak di dengkul". Preconceived ideas adalah berbagai ide dan gagasan atau pemahaman yang sudah terlanjur mendominasi pemikiran seseorang. Kendala ini mengakibatkan munculnya penolakan terhadap berbagai input baru ke dalam pemikiran. Kendala ini juga berhubungan dengan ego, rasa tidak nyaman dan kemalasan.
Gejala yang bisa dilihat dari keberadaan kendala ini adalah kecenderungan untuk menggeneralisir dan bereaksi tanpa fakta-fakta yang lengkap. Jelas, hal ini menghambat efektifitas proses mendengar.
Apa yang terjadi, adalah mendengar akan tetapi tidak menyerap informasi yang dibutuhkan dan bereaksi dengan tepat. Jika Anda dihinggapi kendala ini, Anda cenderung tidak suka ditantang dan tidak suka mengubah sikap. Rasa tidak nyaman yang ada pada diri Anda akan menghambat setiap input yang akan mempengaruhi atau merubah rasa nyaman Anda. Anda akan cenderung tidak bisa diakses dan tidak sabaran. Teknik mengatasinya adalah sebagai berikut:
1. Berhentilah mengkhawatirkan apa yang dipikirkan orang tentang Anda dan mulailah mengkhawatirkan apa yang dipikirkan orang.
2. Sediakan waktu dan bertanyalah. Lihatlah proses menerima input sebagai suatu proses belajar yang menyenangkan. Berhentilah memuja status quo. Berhenti mendengar berarti berhenti belajar.
3. Perlakukan tantangan dan komentar orang lain sebagai penghargaan. Tidak perlu takut salah. Jika orang tidak menganggap Anda penting, mereka tidak akan menantang atau berkomentar.
4. Ingatlah bahwa aturan bisa berubah. Sekalipun Anda sudah pernah menghadapinya, tidak berarti Anda masih bermain di arena yang sama. Apa yang tidak Anda ketahui bisa melukai Anda. Segala sesuatu pasti berubah.
5. Berjalanlah agak jauh dengan sepatu orang lain (Anda mungkin perlu membaca buku Edward De Bono tentang hal ini). Belajarlah untuk sensitif.
Talking too much
The more you talks, the less you listen. The more you talks, the less others will listen. Seseorang yang terlalu banyak berbicara cenderung dilatarbelakangi oleh rasa bersalah, takut, khawatir, tidak nyaman atau sifat egois. Orang yang talkoholic merasa bahwa mereka harus bicara, wajib bicara, hanya untuk mendengar dirinya sendiri berbicara.
Efek samping dari berbicara terlalu banyak adalah hilangnya dialog yang penuh arti karena pihak lain yang log out. Orang lain justru akan mengabaikannya. Jika Anda merasa terlalu banyak berbicara, teknik mengatasinya adalah sebagai berikut:
1. Pikirkan dahulu sebelum berbicara. Jika tidak, bicara Anda bisa jadi malah membingungkan. Siapkan kerangka dari poin-poin yang hendak Anda sampaikan. Hindari percampuran isu.
2. Evaluasi signifikansi dari pernyataan Anda. Jika waktu Anda sempit, jangan ungkapkan sesuatu dengan berputar-putar.
3. Biarkan orang lain menguasai forum terlebih dahulu. Anda mendengar, Anda belajar. Dengan mendengarkan orang lain terlebih dahulu, Anda mungkin akan menemukan bahwa pemikiran Anda tidak relevan, tidak cocok atau bahkan memalukan. Seorang pegawai yang akan Anda pecat, jika diberi kesempatan untuk berbicara, mungkin justru akan mengajukan pengunduran diri. Ongkosnya, bisa jadi jauh lebih murah.
4. Kendalikan mulut Anda. Mulut Anda harimau Anda. Segelas minuman di dekat Anda bukan hanya untuk menghilangkan rasa haus. Gelas itu bisa menunda bicara Anda.
5. Bertanyalah. Pertanyaan yang benar dan relevan akan mengatakan pada orang lain bahwa Anda menyimak.
6. Biarkan orang lain jadi bintang panggung. Buatlah orang lain menikmati lampu sorot. Biasakan sharing dengan orang banyak. Lebih mudah mendengarkan dari banyak orang dari pada hanya satu mulut yang harus didengarkan.
7. Makin banyak bicara akan makin banyak mengabaikan. Makin banyak bicara, makin besar kemungkinan salah omong. Jika ragu, lebih baik diam.
8. Batasi waktu. Jika Anda muncul kemudian orang lain bersembunyi atau menghindar, itu mungkin tanda bahwa Anda terlalu banyak berbicara dan kurang mendengarkan. Tunjukkan bahwa Anda punya prioritas lain.
Ciri komunikasi yang sehat adalah seimbangnya proses memberi dan menerima informasi. Pembicara harus membuat orang lain mendengar dan pendengar harus membuat orang lain berbicara.
Thinking of responses
Kendala ini sering disebut dengan "bigger fish syndrome", yaitu kesulitan untuk menjaga kesinambungan pernyataan. Untuk melanjutkan pernyataan, seseorang biasanya masih dipengaruhi atau diokupasi oleh pernyataan lawan bicara sebelumnya. Bahaya dari kendala ini adalah dampaknya terhadap ego dan hubungan baik.
Anda harus mengetahui apakah pernyataan Anda memperkuat atau malah melemahkan pernyataan Anda yang lain.
Kendala ini ada hubungannya dengan kendala "terlalu banyak berbicara". Maka, Anda harus mengukur tingkat kepentingan dan relevansi dari setiap pernyataan Anda. Dalam banyak hal, sindrom "the bigger fish story" akan menciptakan perlombaan bicara yang menyimpang dari maksud awalnya. Lebih jauh lagi, situasi itu akan berkembang menjadi percakapan yang "tulalit".
A lack of interest
Kendala ini adalah kendala yang paling susah dijinakkan. Manusia cenderung mengaitkan sesuatu hanya dengan hal-hal yang dimengerti, dengan orang atau dengan sesuatu yang bisa memberi manfaat secara pribadi. Jika sesuatu tidak menarik, Anda cenderung akan mengabaikannya. Padahal, bisa jadi yang tidak menarik itu dapat merubah nasib Anda.
Adalah lebih mudah untuk mendengarkan tentang kenaikan gaji atau kenaikan penjualan. Mengapa? Sebab hal-hal itu memang lebih mudah dimengerti dan mempunyai akibat langsung yang bisa diukur.
Kendala ini hanya muncul apabila Anda beranggapan bahwa pesan yang disampaikan, bahkan pengantar pesan itu sendiri, adalah tidak penting atau tidak relevan.
Jika Anda tidak memiliki ketertarikan, maka Anda tidak akan mendengarkan. Dan satu hal lagi, itu pasti kelihatan. Sinyal itu akan menunjukkan bahwa Anda kurang respek terhadap pernyataan orang lain.
Jika Anda belum bisa berbicara sistematis, atau jika Anda sering mengalami kekakuan dalam pembicaraan, atau jika Anda sering mengalami keheningan dalam pembicaraan karena Anda tidak tahu apa lagi yang harus dibicarakan, atau jika Anda sering berbicara hal-hal yang sebenarnya di luar konteks, teknik mengatasinya adalah sebagai berikut:
1. Carilah kesamaan dan persamaan. Setiap orang pasti memilikinya. Hampir semua orang pasti punya anak, pernah bersekolah, punya hobi, punya keluarga atau mungkin suka berolahraga. Bicaralah tentang semua itu. Hasilnya, Anda akan semakin akrab.
2. Bertanyalah dalam rangka belajar. Anda bisa mendalami pemahaman orang lain dengan bertanya. Sekaligus, ini adalah salah satu cara untuk menemukan kesamaan dan persamaan.
3. Hargai orang lain sebagai dirinya, jangan pekerjaannya. Artinya, Anda juga perlu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi orang lain. Mungkin, Anda adalah seorang eksekutif puncak. Akan tetapi jika ada kondangan, mungkin Anda harus tetap memakai batik atau baju koko.
Mendengar ternyata tidak mudah. Tidak mendengar, tidak belajar. Tidak mendengar dengan lebih baik, Anda tidak makin pintar.

Tuesday, March 01, 2005

pusing

pe' u pu..
es i si..
eng!
puusingng

be' a ba..
eng e nge..
et!
baanget!

pusing banget!