just read it!!! jangan bertanya, jangan berfikir, baca, baca saja....

Friday, December 26, 2003

MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA

(oleh Taufiq Ismail)
I

Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia

Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas Thomas Stone namanya
Whitefish Bay kampung asalnya

Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia

Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Mendapat Ph.D. dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari US Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering betul aku merunduk kini
II

Langit akhlak rubuh diatas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champ Elysees dan Mesopotamia
Disela khalayak aku berlindung dibelakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret dikepala
Malu aku jadi orang Indonesia

III

Dinegeriku selingkuh birokrasi peringkatnya didunia nomor satu, Dinegeriku
sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Dinegeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu dan cucu dimanja kuasa
ayah, paman dan kakek secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Dinegeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan, senjata, pesawat
tempur, kapal selam, kedele, terigu, dan peuyem dipotong birokrasi lebih separuh
masuk kantung jas safari, Dikedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak
jenderal, anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden, menteri, sekjen,
dan dirjen sejati, agar orang tua mereka bersenang hati, Dinegeriku penghitungan
suara pemilihan umum sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas penipuan
besar-besaran tanpa sujung rambutpun bersalah perasaan, Dinegeriku khotbah,
suratkabar, majalah, buku dan sandiwara yang opininya bersilang tak habis dan tak
putus dilarang-larang, Dinegeriku dibakar pasar pedagang jelata supaya berdiri
pusat belanja modal raksasa, Dinegeriku Udin dan Marsinah mati syahid dan
syahidah, ciumlah aroma mereka punya jenazah sekarang saja sementara mereka kalah,
kelak perencana dan pembunuh itu didasar neraka oleh satpam akhirat akan diinjak
dan dilunyah lumat-lumat, Dinegeriku keputusan pengadilan secara agak rahsia dan
tidak rahsia dapat ditawar dalam bentuk dijual beli, kabarnya dengan seporong SK
suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi, Dinegeriku rasa aman tak
ada karena 20 pungutan, lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Dinegeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja, fotocopi gosip dan
fitnah bertebar tersebar-sebar, Dinegeriku sepakbola sudah naik tingkat jadi
pertunjukan terror penonton antarkota karena cuma&nb sp;sebagian sangat kecil
bangsa kita tak pernah bersedia menerima skor pertandingan yang disetujui bersama,
Dinegeriku rupanya sudah diputuskan kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan
antar bangsa, lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil karena
Cina, India, Rusia dankita tak turut serta, sehingga cukuplah Indonesia jadi
penonton lewat satelit saja, Dinegeriku ada pembunuhan, penculikan dan penyiksaan
rakyat terang-terangan di Aceh, Tanjung Periuk, Lampung, Haur Koneng, Nipah, Santa
Cruz, Irian dan Banyuwangi, ada pula pembatahan terang-terangan dibawah cahaya
surya terang-terangan, dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai
saksi terang-terangan, Dinegeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,
tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang menyelam di tumpukan jerami
selepas menuai padi.

IV

Langit akhlak rubuh, diatas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champ Elysees dan Mesopotamia
Disela khalayak aku berlindung dibelakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret dikepala
Malu aku jadi orang Indonesia

1998(dari buku Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia - Seratus puisi Taufiq Ismail)